TikTok sudah jadi bagian dari kehidupan kita. Gak nge-scroll TikTok rasanya aneh banget. For you page di TikTok seakan paham banget konten yang kita suka dan terus menampilkan video serupa. Sayangnya baru-baru ini ada sebuah riset yang menemukan bahwa TikTok juga terus menampilkan konten terkait self-harm dan gangguan makan pada pengguna remaja.
Kabar ini kali pertama dikabarkan oleh The Guardian. Center for Countering Digital Hate (CCDH) menemukan bahwa TikTok terus menampilkan konten tentang diet yang tidak sehat, konten yang mendukung self-harm, hingga konten yang menganggap self-harm itu “keren” pada pengguna remaja—bahkan mereka yang belum berusia 18 tahun.
Pengguna yang terus mendapat konten terkait self-harm dan gangguan makan adalah pengguna yang secara algoritma dianggap tertarik pada topik tersebut. Jadi misal ada seseorang yang terus berinteraksi dengan konten bertema self-harm atau gangguan makan, maka TikTok akan menampilkan lagi konten serupa. Tentu ini berbahaya banget karena platform ini secara tidak langsung jadi mempromosikan self-harm dan gangguan makan.
Dalam melakukan penelitian ini, CCDH sempat mencoba membuat akun baru yang langsung menunjukkan ketertarikan pada konten self-harm dan gangguan makan. Hasilnya adalah konten terkait bunuh diri muncul hanya setelah tiga menit scrolling dan konten terkait gangguan makan muncul setelah delapan menit.
Sebenarnya TikTok sudah punya regulasi terkait konten terkait self-harm, bunuh diri, dan gangguan makan. Untuk memaksimalkan regulasi ini, kita bisa melakukan report pada video dengan tema-tema tersebut yang masih muncul di timeline kita. Ingat juga kalau kamu merasa perlu bantuan profesional untuk kondisi kesehatan mentalmu, jangan ragu buat konsultasi ya.