Follow

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

Get notifications from this website

Para Ilmuwan Kerjakan Robot Bertenaga AI untuk Bongkar Sampah Elektronik

Pada 2016, Apple mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan robot daur ulang, yang disebut Liam. Robot itu dapat mendekonstruksi iPhone dalam 11 detik. Enam tahun dan beberapa generasi kemudian, Apple masih tak mengungkapkan berapa banyak iPhone yang telah didaur ulang oleh robotnya untuk kepentingan suku cadang.

Sekarang, proyek penelitian baru sedang berupaya mengembangkan alat bertenaga AI (artificial intelligence) yang memungkinkan robot pendaur ulang untuk mengambil suku cadang dari banyak model ponsel tak terpakai yang berbeda.

Jika teknologi tersebut dapat dikomersialkan, para peneliti berharap temuannya ini dapat meningkatkan daur ulang smartphone dan barang elektronik kecil portabel lainnya.

Sementara pendaur ulang limbah elektronik saat ini sebagian besar menangani perangkat lama yang lebih besar seperti TV CRT, semakin banyak barang elektronik yang lebih kecil seperti smartphone dan tablet mulai bisa dikerjakan dengan alat daur ulang.

Tetapi langkah itu menciptakan tantangan baru, karena perangkat yang lebih kecil sangat sulit dan memakan waktu untuk dibongkar. Alih-alih menyelamatkan komponen yang berpotensi berharga seperti motherboard, pendaur ulang biasanya melepas baterai dan menghancurkan sisanya. Sehingga, bahan berharga lain hilang dalam prosesnya, dan perusahaan perlu membuat yang baru.

Selama beberapa tahun, para ilmuwan telah mengeksplorasi apakah robot AI dapat merampingkan proses daur ulang, mengambil komponen yang penting dan penggunaan kembali suku cadang dari barang elektronik konsumen yang sudah mati menjadi lebih ekonomis.

Pada bulan Desember, ide tersebut mendapat dukungan besar ketika Departemen Energi AS memberikan hibah USD 445.000 kepada para peneliti dari Laboratorium Nasional Idaho (INL), Universitas Buffalo, Universitas Negeri Iowa, dan pendaur ulang limbah elektronik Sunnking. Tujuannya untuk mengembangkan perangkat lunak agar robot secara otomatis bisa mengidentifikasi berbagai jenis smartphone saat daur ulang, melepas baterai, dan mengambil berbagai komponen bernilai tinggi.

Pada akhir proyek penelitian dua tahun, tim berharap untuk menguji lapangan versi awal teknologinya di salah satu fasilitas Sunnking, setelah itu mengejar dana tambahan untuk mengkomersialkan robot pendaur ulang smartphone.

Amanda LaGrange, CEO TechDump, perusahaan pendaur ulang limbah elektronik yang berbasis di St. Paul, mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini sangat penting untuk meningkatkan keberlanjutan elektronik konsumen. Agar nantinya, komponen yang mengandung logam dan mineral berharga yang tak dapat dipulihkan oleh proses daur ulang mentah saat ini bisa digunakan lagi.

“Menemukan cara, seperti para ilmuwan ini dengan robot, mencoba mengambil kembali logam tanah jarang sangat penting,” kata LaGrange kepada The Verge.

Memang, menerapkan robotika dan AI untuk daur ulang limbah elektronik adalah ide yang cukup baru, dan tak banyak contoh praktis yang berhasil. Contoh paling terkenal adalah jajaran robot daur ulang Apple yang sangat digembar-gemborkan, tetapi hanya beberapa versi robot ini yang beredar. Itu pun hanya khusus untuk iPhone, dan hasilnya terhadap limbah elektronik Apple secara keseluruhan masih tak signifikan.

Tim peneliti akan mengerjakan bagian robot daur ulang yang berbeda. Para peneliti di INL akan fokus pada pengembangan metode untuk mengeluarkan baterai dari smartphone menggunakan lengan robot. Secara paralel, para peneliti di Universitas Buffalo dan Universitas Negeri Iowa akan mengidentifikasi komponen bernilai lebih tinggi, seperti circuit boards, kamera, dan magnet, yang dapat dilepas dari ponsel mati menggunakan robot yang sama.

Robot tak hanya membutuhkan perangkat keras yang baik, tetapi juga perangkat lunak yang dengan cepat mengenali berbagai jenis ponsel dan mencari komponen internal mereka. Untuk bagian proyek ini, peneliti Universitas Negeri Iowa dan Sunnking akan mengembangkan database yang mencakup gambar 2D dan data pemindaian 3D pada berbagai merek dan model ponsel cerdas.

Mereka juga akan melakukan pendekatan pembelajaran mesin, database itu akan melatih perangkat lunak yang memandu robot untuk menemukan baterai ponsel dan komponen bernilai tinggi.

“Kami akan melatih sistem itu untuk melihat ponsel dan berkata, ‘Ini iPhone, ini model Samsung XYZ,’ lalu buka database dan katakan, ‘Di sinilah kita akan memotong baterai,’” kata Neal Yancey dari INL, peneliti utama proyek tersebut.

Mengembangkan perangkat lunak berbasis AI yang dapat menyaring perangkat mati dalam limbah elektronik dan mengklasifikasikannya secara akurat juga dapat menjadi tantangan, meskipun sudah ada alat serupa untuk memilah limbah padat seperti plastik.

Hal ini bukan hanya dikerjakan oleh satu pihak, banyak pihak yang berusaha mengembangkan metode pemilahan limbah elektronik berbasis AI, termasuk Lab Biorobotics Universitas Carnegie Mellon, yang baru-baru ini bekerja dengan Apple dalam satu proyek serupa.

Dengan proyek awal yang difokuskan hanya pada lima dari ratusan smartphone di luar sana, teknologi ini perlu dikembangkan lebih lanjut agar praktis bagi sebagian besar pendaur ulang. Untuk memproses smartphone dalam jumlah besar di lingkungan industri, sistem juga perlu ditingkatkan.

Di sisi lain, desain produk smartphone yang semakin beraneka ragam juga menciptakan tantangan baru untuk robot ulang. Seiring perusahaan teknologi mengubah perangkat mereka dari tahun ke tahun, robot daur ulang perlu terus diperbarui dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang mampu menangani model terbaru.

Total
0
Shares
Previous Article

Seorang Wanita Asal Inggris Ngaku Diperkosa di Metaverse

Next Article

Video Detik-detik Vanessa Angel Kecelakaan Diputar di Sidang Joddy

Related Posts

Total
0
Share