Follow

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

Get notifications from this website

Mengapa Avatar Tak Punya Kaki dalam Virtual Reality atau Metaverse?

Konsep metaverse yang digembar-gemborkan Meta dan platform virtual reality-nya memang menawan. Mereka membangun dunia virtual yang mirip seperti kehidupan kita di dunia nyata. Hanya saja itu tak dirasakan langsung secara fisik.

Sebuah video, yang disajikan Facebook pada Oktober tahun lalu untuk membantu menjelaskan perubahan namanya menjadi Meta dan arah barunya “metaverse” yang masih belum nyata, cukup keren. Tapi hanya ada satu masalah, dan masalah itu masih jauh di luar kemampuan Meta saat ini.

Hari ini, jika kalian berkeliaran di aplikasi VR sosial andalan Meta, Horizon Worlds, kalian akan ditampilkan tanpa kaki. Meskipun kalian dapat menyesuaikan avatar agar terlihat seperti di dunia nyata, avatar itu masih akan memiliki penampilan hantu dan tubuh mengambang hanya dengan kepala, lengan, serta tangan.

Beberapa orang mungkin merasa aneh bisa berjalan-jalan tanpa kaki. Menggunakan VR tanpa meniru semua detail dari kehidupan nyata dapat membatasi pengalaman dalam layanan VR. Dan itu membuat masa depan Meta soal metaverse-nya terdengar impossible.

Meta mengaku telah mempertimbangkan bagaimana membuat avatar lebih realistis selama bertahun-tahun. Dalam sesi Instagram AMA (Ask Me Anything) awal pekan lalu, Andrew Bosworth, VP Reality Labs Meta dan CTO mengakui kesulitan menyelesaikan tugas sambil mengatakan perusahaan sedang mempertimbangkan bagaimana menyelesaikannya.

“Melacak kaki kalian sendiri secara akurat sangat sulit dan pada dasarnya tak dapat diterapkan hanya dari sudut pandang fisika dengan headset yang ada,” kata Andrew.

Perusahaan dapat melacak tubuh bagian atas seseorang dengan cukup baik dengan headset dan pengontrolnya. Tetapi pelacakan kaki yang sebenarnya tak ada dalam virtual reality saat ini.

Beberapa aplikasi, seperti VRChat, memungkinkan orang memiliki avatar seluruh tubuh, tetapi mereka cenderung menggunakan perangkat lunak untuk memperkirakan gerakan tubuh bagian bawah. Itu bisa terlihat konyol dan membingungkan.

Terlepas dari semua kemajuan yang dicapai dalam menyempurnakan teknologi di balik headset VR dalam beberapa tahun terakhir, masih sulit untuk melacak kaki kalian dengan sempurna di kehidupan nyata dan menciptakan kembali gerakan yang sama di VR tanpa menyiapkan serangkaian sensor di sekitar tubuh kalian.

Namun, beberapa pakar VR mengatakan kepada CNN Business kalau mereka menganggap penting untuk membawa kaki ke ruang virtual.

“Alasan kalian menginginkan kaki adalah alasan kami,” kata Avi Bar-Zeev, konsultan VR dan AR yang berbasis di Oakland, California untuk perusahaan rintisan dan mantan karyawan di Apple dan Amazon yang juga bekerja di Microsoft HoloLens. “Itu mengikat kita dengan dunia.”

Menciptakan Kaki dan Bagian Tubuh Lain di Virtual Reality Itu Tak Mudah, Tapi Masih Ada Cara

Tak mudah memang untuk menciptakan rasa kehadiran di VR, apalagi kalian dihadirkan tanpa kaki. Tetapi opsinya telah banyak berkembang.

Jika kalian membeli headset Oculus Rift pada tahun 2016 misalnya, kalian harus menghubungkannya ke PC yang kuat serta ke kamera sensor pada dudukan yang melacak headset. Pada awalnya, headset bahkan tak dilengkapi dengan pengontrol tangan yang dapat dilacak. Dan awalnya dikirim ke pelanggan dengan pengontrol Xbox serta remote genggam kecil.

Dalam beberapa tahun terakhir, headset kini lebih ramah pengguna karena headset VR nirkabel all-in-one memiliki sensor bawaan, seperti Meta’s Quest 2, yang paling populer sejauh ini.

Headset ini jauh lebih portabel daripada pendahulunya, dan lebih mudah diatur serta digunakan. Tetapi pelacakan sebagian besar tetap terbatas pada bagian tubuh yang paling penting dan dapat dilacak dengan baik dengan sensor headset dan sepasang pengontrol: kepala serta tangan.

Jika sebuah perusahaan ingin mewakili kaki seseorang dengan cara yang realistis di VR, ia perlu menemukan cara untuk melihat aktivitas sebenarnya kaki itu dalam kehidupan nyata. Menambahkan lebih banyak sensor ke headset itu sendiri — seperti kamera di bagian bawah yang mengarah ke tanah — mungkin tampak seperti solusi cemerlang, tetapi itu nggak mudah.

Tubuh manusia memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan mereka berubah seiring waktu. Bagi banyak dari kita, itu berarti kamera tersebut tak akan memiliki pandangan ke arah kaki yang bagus, sehingga sulit untuk menangkap gerakan kaki dan mentransfernya di VR.

Ada juga hambatan lain, jika kalian memiringkan atau memutar kepala, kamera yang menghadap ke tanah di headset akan kehilangan pandangan dari anggota badan yang coba dilacak.

“Itu bukan cara yang sangat andal untuk mendapatkan kaki orang, dan itu adalah sudut yang sangat buruk untuk menangkap kaki,” kata Bar-Zeev.

Ada opsi lain untuk membawa kaki kalian ke VR menggunakan barang yang sudah ada di pasaran: sensor fisik yang menempel pada tubuh.

HTC, yang menjual beberapa headset Vive VR berbeda, juga menawarkan pelacak seharga USD 129 yang dapat kalian ikat ke anggota tubuh atau ke objek (seperti raket tenis) agar kita bisa melacaknya di VR. Namun, untuk saat ini, pelacak hanya berfungsi dengan headset yang ditambatkan ke PC, dan mereka juga memerlukan stasiun pangkalan.

HTC berencana untuk mulai menjual pelacak yang dikenakan di pergelangan tangan seharga USD 129 yang dapat melacak lengan dari ujung jari ke siku dan yang dimaksudkan untuk bekerja dengan Vive Focus 3.

Daniel O’Brien, manajer umum HTC America, mengatakan bahwa seiring waktu perusahaan mengharapkan teknologinya bisa untuk melacak lebih banyak titik di tubuh, seperti kaki dan pinggul.

“Aku pikir perendaman dan pelacakan seluruh tubuh dengan headset all-in-one adalah apa yang diinginkan semua orang dan semua orang sedang berusaha,” kata Daniel, meskipun dia juga mengklaim bahwa teknologi itu tak mungkin tersedia sekarang.

Pelacakan dan representasi tubuh yang lebih realistis dapat membantu menarik lebih banyak minat pada VR, tetapi peningkatan teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya berisiko membuat pengguna menghabiskan banyak kerugian, lebih rumit, mahal, dan kurang menarik bagi pelanggan.

“VR cukup sulit seperti itu, nggak ada lah orang yang mau memasang (sensor) pada diri mereka sendiri,” kata Timoni West, wakil presiden augmented dan virtual reality di platform pengembangan game Unity.

West menyarankan agar gerakan kaki dapat dianimasikan dengan bantuan AI. Misalnya, gerakan dapat diprediksi berdasarkan data dari headset tentang bagaimana kepala seseorang bergerak.

Namun, melakukan ini dengan baik akan membutuhkan sejumlah besar data tentang cara orang berjalan, karena itu termasuk pelacakan kaki secara khusus, itu tak akan sesuai pada gerakan orang. Meta juga sudah menggunakan AI bersama dengan sensor untuk melacak headset dan pengontrol tangan, namun itu juga belum sempurna.

Total
0
Shares
Previous Article

Kanye West Unggah Daftar Lengkap Nama Pihak yang Pernah Berselisih Dengannya

Next Article

Lagu Olivia Rodrigo Buat Kamu yang Lagi Patah Hati

Related Posts

Total
0
Share