Follow

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

Get notifications from this website

Berhasil Ambil Alih Twitter, Apa Rencana Elon Musk?

Twitter telah menerima tawaran pembelian dari miliarder SpaceX dan Tesla Elon Musk. Nilainya nggak main-main, yakni USD 44 miliar (Rp 635 triliun). Bahkan, pembelian itu disebut sebagai kesepakatan teknologi terbesar dalam sejarah. Tetapi masih ada satu spekulasi yang bikin orang penasaran, bagaimana Musk bakal mengubah Twitter dan apa sih rencana sebenarnya?

Musk menyebutkan prioritasnya dalam siaran pers saat hendak mengambil alih Twitter. Pebisnis berusia 50 tahun itu berulang kali menyuarakan kebebasan berpendapat.

“Kebebasan berbicara adalah landasan demokrasi yang berfungsi, dan Twitter adalah alun-alun kota digital tempat hal-hal penting bagi masa depan umat manusia diperdebatkan,” katanya.

“Saya juga ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, membuat algoritme open source untuk meningkatkan kepercayaan, mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua (akun) manusia.”

Dengan kata lain, dia punya empat ide utama untuk membuka potensi Twitter, dan setiap ide adalah sesuatu yang besar. Yuk kita uraikan satu per satu:

Kebebasan Berpendapat

Berbicara online adalah ladang ranjau, dan jika Musk benar-benar bermaksud menggunakan Twitter dengan moderasi konten yang minim di seluruh dunia, ia bisa terlibat perseteruan besar di negara-negara yang membatasi hal-hal seperti ujaran kebencian dan informasi palsu.

Pasalnya, ketika sebuah media sosial lebih bebas dari yang kita punya selama ini, informasi salah, pelecehan verbal dan hujatan bisa jadi makin merajalela. Tetapi pandangan Musk tentang kebebasan berbicara tampaknya nggak fokus hanya di situ.

Dalam sebuah wawancara TED, dia menunjukkan kalau Twitter harus “sesuai dengan hukum negara,” yang artinya, ia bisa terus melakukan larangan area konten tertentu dan mengikuti aturan negara, seperti undang-undang media sosial India.

Musk punya lebih banyak wewenang untuk mengubah kebijakan Twitter tentang jenis konten apa yang dilarang, dan kapan pengguna diblokir. Banyak yang berspekulasi kalau langkah ini bisa mengembalikan akun mantan Presiden Donald Trump, tetapi Musk belum mengatakan apa pun tentang hal itu secara terbuka. Sementara Tump mengklaim nggak akan kembali lagi memakai Twitter.

Kita masih belum mengetahui banyak tentang bagaimana Musk akan mengubah kebijakan berbicara Twitter. Dia mungkin akan mendesak moderator untuk mengurangi larangan dan berpotensi mengabaikan konten yang meragukan. Tetapi hampir setiap situs yang mengklaim “kebebasan berbicara,” pada akhirnya diklaim sebagai penghambat kebebasan berbicara.

Algoritme “Open Source”

Salah satu hal yang menjadi perhatian Musk adalah algoritme rekomendasi yang bisa memperkuat atau menurunkan peringkat tweet dan akun dengan cara yang “berpotensi” bias.

Musk mengusulkan penerbitan sistem penyortiran algoritmik Twitter di Github. Tujuannya agar orang-orang dapat meninjau dan mengomentarinya secara publik. Itu membuat sistem peringkat “tweet teratas” lebih bisa dibaca secara teoritis.

Musk telah menjelaskan pembuatan algoritme “open source,” tetapi dia belum menguraikan rencana khusus untuk mengikuti persyaratan lisensi open source.

Transparansi secara umum memang bagus, dan mantan CEO Twitter Jack Dorsey juga menyarankan agar pengguna memilih di antara sistem rekomendasi yang berbeda. Yang dikatakan, banyak platform web (termasuk Google dan Reddit) nggak mengungkapkan secara tepat bagaimana sistem mereka bekerja, karena spammer dan akun jahat lainnya bisa dengan mudah mempermainkan sistem.

Algoritme Twitter juga nggak menjelaskan bagaimana tweet tertentu diprioritaskan kecuali Twitter merilis sejumlah besar data tambahan. Perusahaan juga nggak akan menjelaskan alasan di balik moderasi manusia yang bersinggungan dengannya. Dan itu sangat rentan bagi orang-orang yang ingin membuat klaim buruk, sengaja salah menafsirkannya atau bahkan menabur teori konspirasi.

Spam dan Scam BOT

Musk telah mengindikasikan bahwa “spam dan scam” serta “pasukan bot” adalah Public Enemy No. 1 Twitter yang baru. Kita semua nggak ada yang menyukai bot spam! Namun Twitter secara rutin membersihkan akun palsu. Perusahaan bahkan melarang fitur tertentu, seperti tweeting secara bersamaan dari beberapa akun yang bisa disalahgunakan untuk bot spam, so gimana Musk akan memerangi bot dan sacam dengan lebih baik?

Nah, Musk bisa jadi memiliki semacam alat anti-spam yang sampai sekarang belum diumumkan. Atau Musk bisa saja lebih tegas dalam memblokir aktivitas akun otomatis yang nggak berbahaya, mengunci akses ke API Twitter, atau men-take down konten dari manusia yang terpantau mirip bot.

Sayangnya, tujuan itu mungkin akan bertentangan dengan kebebasan berekspresi dan transparansi. Seperti disebutkan di atas, memublikasikan cara kerja sistem amplifikasi Twitter juga akan memberi lebih banyak ruang kepada spammer. Namun di sisi lain, tindakan keras otomatisasi yang ketat dapat memblokir bot yang melakukan layanan menarik dan berharga di Twitter.

Bot adalah bagian Twitter yang sudah lama dan disuka. Di luar sana, ada banyak bot baik yang berguna. Memisahkan bot yang baik dari bot yang buruk mungkin lebih sulit daripada yang dipikirkan Musk.

Otentikasi Manusia?

Bagian paling aneh dari tujuan Twitter Musk adalah “mengotentikasi semua manusia.” Musk membuat komentar serupa di Twitter sebelum pembeliannya untuk Twitter, dengan menyatakan, “otentikasi semua manusia nyata.” Langkah ini menunjukkan keseriusannya untuk memerangi bot.

Otentikasi punya banyak arti berbeda di sini. Ini bisa merujuk pada orang-orang yang harus lulus semacam tes captcha-style “apakah saya manusia” untuk memposting sesuatu di Twitter. Itu juga bisa diartikan saat perusahaan meminta orang untuk mengirimkan identifikasi yang membuktikan kalau mereka adalah manusia, baik saat menerima tanda centang verifikasi atau untuk mengoperasikan layanan.

Twitter memiliki komitmen panjang yang mengizinkan akun anonim atau pseudonim, bahkan mengirimkan laporan hukum yang memperdebatkan manfaatnya. Meminta pengguna untuk nggak menganonimkan diri mereka sendiri bisa mengurangi komitmen itu secara signifikan. Bahkan jika nama nggak diungkapkan kepada pengguna lain, mengumpulkan informasi tentang identitas asli menawarkan banyak informasi untuk diminta oleh pemerintah, dan itu rentan terhadap peretasan atau kelemahan keamanan.

“Nggak ada cara mudah untuk meminta verifikasi tanpa menimbulkan masalah bagi beberapa pengguna, dan untuk kebebasan berbicara,” kata Electronic Frontier Foundation.

Musk suka membuang ide-ide aneh sebagai provokasi, jadi pernyataannya kemarin mungkin nggak mencerminkan ke mana arah platform. Namun, jika tantangan moderasi Twitter di masa lalu adalah sesuatu yang harus diperbaiki, setiap perubahan akan menimbulkan perdebatan baru.

Total
0
Shares
Previous Article

'The Batman 2' Resmi Diumumkan, Robert Pattinson Kembali jadi Hero

Next Article

Instagram Uji Fitur Sematkan Postingan di Halaman Profil

Related Posts

Total
0
Share