Perayaan Nyepi 2022 bertepatan dengan hari Kamis, (3/2/2022). Pemerintah melalui keputusan SKB 3 Menteri menetapkan hari raya umat Hindu ini sebagai hari libur nasional.
Hari Raya Nyepi sendiri adalah perayaan tahun baru umat Hindu berdasarkan sistem penanggalan Saka sejak 78 Masehi lalu. Mengutip laman Biro Kemahasiswaan Universitas Udayana, tahun ini sudah memasuki Tahun Baru Saka 1944 yang bertepatan pada hitungan Tilem Kesangan (IX).
“Hari ini (3/2/2022) jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka,” bunyi keterangan laman tersebut.
Di samping itu, Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu bermakna untuk memotivasi secara ritual maupun spiritual dengan tujuan agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan. Hal inilah yang disebut dengan Bhuta Yajña atau Tawur Kesanga, salah satu dari rangkaian Hari Raya Nyepi.
Tidak hanya Tawur Kesanga, Hari Raya Nyepi juga memiliki sejumlah rangkaian upacara lain yang harus dilakukan sebelum dan setelah Nyepi digelar. Simak pemaparan rangkaian Nyepi berikut dengan maknanya.
Rangkaian Hari Raya Nyepi 2022
1. Upacara Melasti
Upacara Melasti dilakukan umat Hindu pada empat atau tiga hari sebelum Nyepi, menurut situs Pemkab Buleleng. Upacara ini dilakukan dengan persembahyangan di laut maupun danau.
Laut dan danau, menurut kepercayaan Hindu, merupakan sumber air suci yang mampu menyucikan berbagai hal kotor dalam diri manusia dan alam. Usai Upacara Melasti, dilakukan juga penyucian segala benda sakral dari Pura.
Di Bali, umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara. Segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib, dan khidmat menuju samudra atau mata air lain yang dianggap suci.
2. Tawur Kesanga
Tawur Kesanga dilaksanakan satu hari setelah Upacara Melasti atau sehari sebelum Nyepi. Hari itu dikenal juga sebagai Tilem Sasih Kasanga.
Secara bahasa, Tawur didefinisikan sebagai mengembalikan atau membayar. Sebagaimana diketahui, manusia selalu mengambil sumber alam untuk mempertahankan hidupnya.
Melalui momen inilah, umat Hindu meyakini sebagai momen pelepasan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Perbuatan mengambil tersebut, perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas.
Nilai-nilai ini perlu ditanamkan sebagai makna dan pelaksanaan Hari Raya Nyepi dalam merayakan pergantian Tahun Saka. Untuk itulah, umat Hindu mulai menyiapkan berbagai sesajen atau caru di rumah masing-masing saat Tawur Kesanga sesuai dengan tingkatannya.
3. Pangrupukan atau Mecaru
Akhir dari pelaksanaan upacara Tawur Kesanga di tingkat desa, banjar, dan rumah tangga adalah melaksanakan upacara Mabuu-buu atau lebih dikenal dengan Pangrupukan. Upacara ini dilakukan dengan menebar nasi Tawur di sekeliling rumah sambil memukul kentongan hingga gaduh, melansir CNN Indonesia.
Pangrupukan dimaknai sebagai pengusiran Buta Kala yang ada di sekitar tempat tinggal. Upacara ini di Bali umumnya turut dimeriahkan dengan ogoh-ogoh berwujud Buta Kala, yang menggambarkan sifat buruk manusia.
4. Hari Raya Nyepi
Rangkaian selanjutnya mulai memasuki puncak Hari Raya Nyepi. Menurut tulisan ilmiah Dr. I Wayan Sumena dari Universitas Udayana berjudul Fungsi dan Makna Ritual Nyepi di Bali, selama 24 jam umat Hindu tidak akan beraktivitas seperti biasa untuk mengendalikan diri.
Kegiatan pengendalian diri yang dimaksud seperti, tidak menyalakan api, tidak bepergian, tidak beraktivitas atau bekerja, melakukan puasa (tidak makan dan minum), hingga tidak melakukan aktivitas yang dapat mencemarkan badan. Pengendalian diri ini disebut dengan catur brata penyepian.
Umat Hindu di Bali pada Hari Raya Nyepi umumnya melakukan meditasi, shamadi, dan perenungan diri sendiri di suasana yang sunyi atau hening. Hal ini semata-mata agar mencapai konsentrasi atau fokus dengan tenang untuk kembali ke jati diri.
Tidak mengherankan bila pada Hari Raya Nyepi, suasana di Bali sepanjang hari menjadi sunyi. Brata penyepian ini berlangsung hingga matahari terbit keesokan harinya.
5. Ngembak Geni
Setelah hening dalam sehari, umat Hindu bakal melaksanakan tradisi Ngembak Geni, yang mengagungkan nilai Dharma Shanti. Hari Ngembak Geni ini mengandung makna telah berakhirnya catur brata penyepian sekaligus menjadi penutup rangkaian Nyepi.
Umumnya, umat Hindu melaksanakan acara ini dengan saling mengunjungi keluarga. kerabat, atau teman dekat masing-masing. Dengan mengusung tujuan untuk saling memaafkan atas segala kekhilafan dan kesalahan yang telah atau mungkin terjadi sebelumnya.