Beberapa kelompok dan aktivis penduduk asli Amerika Serikat baru-baru ini menyerukan sebuah kampanye boikot. Kampanye ini berisi himbauan untuk tidak menonton film Avatar: The Way of Water.
Berdasarkan laporan Hindustan Times, film terbaru garapan James Cameron ini diboikot karena disebut memiliki unsur rasisme dan aprosiasi atau perampasan budaya penduduk asli Amerika. Mereka menilai film sekuel Avatar ini mengglorifikasi dan meromantisasi kolonialisme ras kulit putih, yang mana hal tersebut menjadi isu yang cukup sensitif karena menyebabkan suku mereka menderita di masa lalu.
Di tengah isu yang panas ini, pernyataan Cameron dalam sebuah wawancara di tahun 2012 kemudian ramai dibicarakan lagi. Saat itu Cameron menyebut bahwa film sci-fi Avatar yang pertama menceritakan kembali sejarah Amerika Utara dan Selatan pada awal periode kolonial. Di saat yang sama, Cameron juga mengumpakan suku Na’vi di Avatar sama seperti agresor militer eropa.
Dalam film pertamanya, Avatar menggambarkan konflik antara suku Na’vi (penduduk asli planet Pandora) dengan manusia (penduduk bumi) yang bertujuan ingin menjajah planet tersebut. Sang tokoh utama, Jake Sully, yang merupakan mantan korps marinir yang awalnya menjadi mata-mata.
Namun, ia kemudian berbalik membantu suku Na’vi dan akhirnya menjadi penduduk asli suku tersebut. Di film sekuelnya, konflik cerita yang diangkat juga tidak terlalu berbeda bahkan Jake Sully digambarkan berhasil menjadi ketua suku tersebut.
Secara khusus, mereka menyebut poin itu dinilai tidak pantas karena hal yang mustahil ‘orang ras kulit putih’ seperti Jake Sully menjadi bagian ‘penduduk asli’ bahkan sampai menjadi pemimpin suku Na’vi. Selain itu, beberapa dari mereka juga mengklaim penggambaran karakter suku Na’vi meromantisasi dan sangat menyoroti stereotip tentang penduduk asli.
Mereka pun berpendapat penafsiran karakter suku Na’vi dalam film Avatar: The Way of Water, identik dengan persepsi orang ras kulit putih pada suku Indian (Amerika Utara) dan suku Maori (Selandia Baru). Persepsi ini pun disebut diproyeksikan dalam film sekuel tersebut. Film tersebut juga disebut mereduksi ta moko, tato yang dianggap penting dalam budaya suku Maori. Karena reduksi ini, tato tersebut jadi terlihat hanya sebagai ‘estetika’ yang tidak bermakna.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan dari James Cameron terkait kampanye pemboikotan film terbarunya ini. Jadi, mari kita tunggu kabar selanjutnya terkait film Avatar: The Way of Water.
Do NOT watch Avatar: The Way of Water
Join Natives & other Indigenous groups around the world in boycotting this horrible & racist film. Our cultures were appropriated in a harmful manner to satisfy some 🏳 man’s savior complex.
No more Blueface!
Lakota people are powerful! pic.twitter.com/NmHVU565u3— 🌽Asdzáá Tłʼéé honaaʼéí🌽(She/Her)🌽 (@asdza_tlehonaei) December 18, 2022